Ahlan wa sahlan di blog TPA nDalem Joyokusuman..

TPA nDalem Joyokusuman berdiri tahun 1989, merupakan lembaga pendidikan Al Qur’an pertama di wilayah kecamatan Kraton. Kehadiran TPA ini berangkat dari besarnya animo masyarakat terhadap pemberantasan buta huruf Al Qur’an yang dipelopori oleh gerakan TKA-TPA yang dirintis oleh “Team Tadarus AMM” Kotagede Yogyakarta.Atas kemurahan hati dan kepedulian terhadap syi’ar Islam dan masyarakat sekitar, GBPH.H. Joyokusumo mengijinkan tempat tinggal beliau digunakan untuk aktifitas keagamaan dan sosial, maka sejak berdirinya hingga sekarang TPA nDalem Joyokusuman melakukan aktifitas utamanya belajar mengajar di nDalem Joyokusuman Jalan Rotowijayan no 5 Yogyakarta 55132. Sampai saat ini TPA nDalem Joyokusuman masih exist untuk berjuang menegakkan dinnul islam yang alhamdulillah pada Tahun 2009 telah terakreditasi "A" oleh Badko Propinsi DIY dengan skor : 2100.

Mata Generasi

Merekalah nantinya penerus perjuangan islam..

Kak Wuntad "menyihir" santri TPA nDJ

Kak Wuntad Wawan Sembodo beraksi dihadapan santriwan-santriwati TPA nDalem Joyokusuman dalam acara Maulid Nabi Muhammad yang di selanggarakan TPA nDJ.

Pendidikan anak usia dini dalam islam

Pendidikan anak usia dini dalam Islam merupakan hal yang sangat penting. Ini disebabkan rentang usia dini merupakan fase emas bagi pertumbuhan jiwa dan kepribadian seorang anak. Karena itu, pendidikan pada fase ini hendaknya benar-benar menerapkan metode yang sesuai konsep pendidikan Islam.

Kamis, 01 Desember 2011

Pendidikan anak usia dini dalam Islam


Pendidikan anak usia dini dalam Islam merupakan hal yang sangat penting. Ini disebabkan rentang usia dini merupakan fase emas bagi pertumbuhan jiwa dan kepribadian seorang anak.


Karena itu, pendidikan pada fase ini hendaknya benar-benar menerapkan metode yang sesuai konsep pendidikan Islam—berdasarkan teladan Rasulullah saw.


Beberapa kiat dalam menerapkan pendidikan anak usia dini dalam Islam:


Menjadi Sahabat Sekaligus Teladan Anak


Rasulullah terkenal sebagai penyayang anak dan kerap menemani anak-anak bermain tanpa merasa canggung. Dalam sebuah riwayat, Sa’ad bin Abi Waqqas bercerita bahwa dirinya pernah masuk ke rumah Rasulullah saat Hasan dan Husein tengah bermain di atas perut sang kakek.


Sa’ad lantas bertanya, apakah Rasulullah mencintai mereka. Dijawab oleh Rasulullah, “Bagaimana mungkin aku tidak mencintai dua kuntum bunga raihanah ini?” 


Di sela-sela aktivitasnya menemani anak-anak, Rasulullah selalu menyelipkan pesan-pesan keteladanan. Sebagai bagian dari pendidikan anak usia dini dalam Islam, orangtua pun memiliki peran penting terkait menanamkan keteladanan terhadap anak. Apalagi di zaman sekarang televisi sebagai media hiburan tak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.


Menggembirakan Hati Anak


Suatu saat setelah penaklukan Mekkah, Rasulullah meminta Bilal mengumandangkan azan di atas Ka’bah. Saat Bilal melaksanakan tugasnya, beberapa musyrikin Quraisy mengolok-oloknya dengan menirukan suara Bilal.


Salah satu di antara mereka bernama Abu Mahdzurah, seorang anak bersuara merdu. Mendengar olok-olok Abu Mahdzurah yang waktu itu berusia 16 tahun, Rasulullah meminta agar dia dibawa menghadap beliau. 


Abu Mahdzurah menyangka Rasulullah akan membunuhnya. Namun apa yang diperbuat Rasulullah? Beliau justru mengusap-usap ubun-ubun remaja itu dengan penuh kelembutan. Kontan hati Abu Madzurah pun luluh, terasa tersiram oleh iman dan keyakinan. Rasulullah lantas mengajarinya beradzan untuk penduduk Mekkah.


Satu hikmah yang dapat dipetik dari kisah di atas. Bahwa hati yang gembira akan lebih mudah menerima perintah, larangan, peringatan, atau bimbingan apa pun. Karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk selalu membuat anak bergembira setiap saat. Tindakan kenakalan tidak sepatutnya dibalas dengan hardikan atau kemarahan.


Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak


Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah menggunakan beberapa cara berikut:

  • Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sanggup berpuasa sehari penuh
  • Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya.
  • Mengajari Al Quran dan As Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya.
  • Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.



Memotivasinya Anak Berbuat Baik


Anak-anak, terutama pada fase usia dini, cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Maka, hendaknya orang tua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik sang buah hati. Ketimbang banyak bicara soal murka Allah, siksa dan neraka-Nya, mengapa tidak memotivasinya bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya?